Wednesday, February 15, 2006

Nyamuk-Nyamuk Itu

Episode I

Saraf disekitar mata dan dahiku terasa mengencang dan menimbulkan efek kepusingan yang cukup mengganggu. Ia hadir dalam pagi yang seharusnya kunikmati dengan secangkir teh manis panas dan kepulan asap rokok yang bermain diantara hidung, mulut, tenggorokan, dan paru-paru. Di sisi lain kantuk tak henti-hentinya menyerang setiap sudut kesadaranku. Sementara aku sendiri bingung dimana harus membaringkan tubuh ini.

*

Semuanya jadi tampak sulit. Andai saja nyamuk-nyamuk itu tidak mengiung-ngiung di telingaku, mungkin saat ini aku sudah pulas di BPPM. Tapi di sisi lain aku bisa memahami tingkah makhluk-makhluk berbelalai tajam itu. Pemahamannya seperti ini; mereka tengah mengingatkanku untuk segera pulang kekostan seperti teman-teman yang lain.

“Pagi ini, BPPM dan seluruh basement adalah milik kami. Sebab jatah kami tadi malam telah kalian rebut. Jadi tolong, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik anda cepat pergi dari sini,” demikian alasan yang disampaikan perwakilan nyamuk-nyamuk itu padaku pagi ini.

Aku terdiam sejenak, namun segera teringat toleransi yang telah ditunjukan para nyamuk tadi malam, dan aku memutuskan untuk segera berkemas-kemas dan kembali kekostan.

Setelah semuanya siap aku berjalan kearah pintu keluar. Dengan tatapan mata yang tajam, para nyamuk memperhatikanku, dan aku merasa pandangan itu memancarkan rasa kemenangan. Tapi aku tidak terlalu peduli akan hal itu, kecuali dengan suara ngiung yang semakin menggila. “Ngiuung ngiung, nguung, nguuung, ngung.”

Stukak tak kurasa lebih mengerikan daripada suara-suara itu.

Begitu pintu ruangan kututup, kesunyian menebar. Tak ada lagi dengung kepakan sayap mereka. Tapi aku tidak terlalu berminat untuk mencari tahu apa yang nyamuk-nyamuk sialan itu lakukan di dalam. “Resikonya terlalu besar. Asal mereka tidak melakukan sex party di dalam, aku sudah cukup tenang,” pikirku.

“Akh, tapi siapa yang bisa menjamin mereka tidak akan main esek-esek, eh maksudnya ngiung-ngiung?” Pertanyaan ini muncul di tengah perjalanan menuju kostan.

Konvensi dalam dunia nyamuk yang telah ada semenjak mereka diciptakan untuk menjadi salah satu penghuni bumi, berbicara mengenai beberapa hal, diantaranya, ya, tentang urusan perngiungan ini. “Nyamuk-nyamuk di seluruh bumi harus terus bereproduksi, untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies nyamuk.” Konvensi ini juga menegaskan kembali kesepakatan yang telah ada sebelumnya, yaitu kesepakatan tentang pelarangan kepada nyamuk-nyamuk pria untuk melakukan poligami dengan alasan apapun, termasuk alasan mempertahankan kelangsungan hidup spesies nyamuk.

Alhasil, program KB yang hanya ada di dunia manusia tidak akan pernah dilakukan di dunia nyamuk. Dan hingga hari ini tidak pernah ada perkumpulan nyamuk perempuan yang menentang poligami. Bangsa nyamuk memang terkenal tunduk dan patuh pada kodratnya sendiri.

Ketundukan dan kepatuhan pada kodrat di sisi lain menjadi semacam kiamat kecil, paling tidak bagi saya pagi ini. Andaikan saja para nyamuk di basement itu mencari makan tidak dengan terbang, tapi berjalan bagai semut. Tentu tidur saya tak terganggu suara kepak sayap mereka yang mendengung. Seandainya, pagi itu mereka menyedot susu pabrikan didorong oleh rasa penasaran dan kebosanan bukan mengincar darah dalam tubuh saya yang kurus ini, maka paling tidak ketakutan jadi pesakitan demam berdarah tidak muncul pagi itu.

Tapi, ya itu, nyamuk bukan manusia yang suka melawan kodrat dengan berbagai alasan. Pemaknaan nyamuk terhadap hidup paling sebatas persoalan makan, berkembang-biak, dan bertahan hidup. Jadi agak sulit mewujudkan cita-cita mendirikan sekolah kepribadian khusus untuk nyamuk, dimana mereka nanti diajarkan tentang tata cara memilih korban, dan sopan santun dalam menusukan belalainya ke tubuh korban, serta aturan terbang yang tidak menimbulkan polusi suara.

Episode II

Ya, aku baru tahu kenapa di ruangan ini nyamuk jadi momok yang begitu menakutkan bagiku, entah yang lain. Tumpukan barang-barang tak terpakai semacam kardus dan kertas di belakang lemari jadi kerajaan yang begitu tak tersentuh. Bodohnya, aku telah lama menyadari hal itu, tapi baru tadi siang kuobrak-abrik sarang nyamuk-nyamuk sialan itu. Hasilnya, ruangan ini jadi semakin tertata rapi menurutku. Tapi itu bukan inti pembicaraan episode kali ini.

Begini ceritanya; malam ini, untuk yang kedua kali secara berturut-turut aku mengahabiskan waktu di sini. Begitu ayam-ayam mulai berkokok..., eh, jangan percaya dulu. Tiga setengah tahun hidup di Bandung, selama itu pula aku belum pernah mendengar suara ayam berkokok, kecuali dari jam weker milik teman. Begitu matahri tak lagi kuasa menyinari bumi bagian Bandung, mereka secara bergerombol mulai melancarkan serangan, yang mungkin saja merupakan sebuah pembalasan dendam. Karuan saja Aa Gym kumaki. Sebab ia kurang lebih pernah bilang seperti ini; Ikhlas saja kalau digigit nyamuk. Sebab darah kita tidak akan habis kalau digigit nyamuk. Kujelaskan padamu, A, nyamuk itu secara bergerombol datang mengeroyokku. Kalau satu satu, aku masih siap melayani, tapi mereka bagai pesawat tempur Jerman yang menyerbu Polandia dari udara.

Jadi, maaf saja kalau aku tadi pulang kekostan mengambil racun nyamuk elektrik. Mati kalian! Begitu rutukku dalam hati. Untunglah, mereka ternyata...mengubah strategi. Serangan tetap berlanjut dengan menerapkan taktik perang gerilya. Menyergap saat lawan (baca: aku) lengah, lalu setelah berhasil mencapai tujuannya (baca: menghisap darahku) melarikan diri dengan terengah-engah akibat kekenyangan.

Ok, langsung saja! Agresi yang kulakukan tadi siang terhadap sarang kalian terjadi karena provokasi yang sebelumnya kalian teriakan. Boleh dibilang itu sebuah reaksi. Tapi kalian malah membalasnya dengan tidak lagi mengingat batas-batas kesopanan. Jadi, mengingat dan menimbang semua hal yang pernah terjadi, maka hari ini aku maklumatkan perang terhadap kalian! Isi maklumat itu jelasnya adalah sebagai berikut: tak akan kuizinkan pada kalian apapun alasannya untuk menyerangku. Aku hanya akan bereaksi kalau kalian yang memulai. Itulah isi maklumatnya. Tolong dicamkan baik-baik; aku tidak main-main.

No comments: